Berbicara tentang telekomunikasi seakan tidak akan pernah habisnya. Banyak hal yang bisa didiskusikan dan butuh solusi yang tepat untuk menyelesaikannya, karena tidak bisa dipungkiri lagi telekomunikasi sekarang bagaikan baju yang harus dikenakan kemana-mana. Namun, lagi-lagi pengalaman membawa saya menilik lagi terhadap realita kehidupan telekomunikasi di Indonesia. Khususnya daerah terpencil dan perbatasan.
Salah satu teman saya, tinggal di pulau Kawio, Sangihe dan hanya butuh 3 jam saja untuk menyeberang ke Filipina, namun bagaiamana komunikasi saya dengannya disana? Di pulau itu hanya di jatah satu pulau 7 orang saja yang boleh telpon. Masih di kluster perbatasan, Pulau Matutuang, sinyal malah tidak ada sama sekali. Menghubungi teman yang disana harus melewati radio TNI pantai itupun kalau berhasil dan kenyataan menyatakan tidak berhasil. Lantas, bagaimana dengan kabar teman saya yang tidak berada di kluster perbatasan, namun letaknya jauh dari kota yang membutuhkan waktu sekitar 8 jam perjalanan laut untuk sampai di pulaunya? Cara komunikasinya bisa lewat surat yang dititipkan ke nelayan atau kalau tidak berhasil akhirnya cukup dengan doa. Ya, tepat dengan doa atau dengan ikatan batin mungkin, karena memang di Pulau Para, Sangihe, tidak ada sinyal telekomunikasi dan radio pantai TNI. Bayangkan, tahun 2011 menjelang tahun 2012 tidak ada sinyal? Tidak ada sistem telekomunikasi? Apakah memang benar telekomunikasi itu punya batas?
Melihat kenyataan yang ada, Sangihe merupakan daerah perbatasan dengan kondisi geografis kepulauan, sehingga jarak antar pulau besar dan pulau kecil-kecil di sekitarnya sangat sulit dijangkau. Kondisi kelautan dengan cuaca yang tidak menentu menyebabkan segala aktifitas yang menyangkut pemerintahan atau pendistribusian hasil panen menjadi tersendat. Gambaran umumnya seperti itu dan saya mengambil Sangihe menjadi salah satu fokus yang cocok menjadi gambar deskriptif tentang keadaan di lapangan khususnya di daerah perbatasan.
Kecewa pastinya ada, karena ternyata jaringan XL belum tersentuh di Sangihe. Namun, saya yakin dengan mengadakan kompetisi seperti ini, akan memberikan gambaran bagi XL bagaimana merealisasikan komitmennya untuk menjangkau telekomunikasi di tanah air, tanpa mengenal batas. Karena memang banyak kontribusi yang bisa diberikan XL sebagai operator penyedia jasa telekomunikasi. Salah satunya dengan membangun jaringan telekomunikasi di perbatasan dan daerah terpencil dengan memaksimalkan penyediaan pelayanannya.
Adanya pembangunan jaringan telekomunikasi di daerah terpencil dan perbatasan sangat diperlukan karena timbul adanya kebutuhan dari masyarakat. Banyaknya tantangan dan kendala yang butuh solusi, ditawarkan atas kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat. Salah satunya sarana telekomunikasi yang memudahkan. Apalagi dengan pembangunan jaringan telekomunikasi tidak akan mencakup komunikasi 2 arah saja seperti telepon dan sms, namun sekarang bisa mengadakan layanan broadband internet yang dapat dijangkau oleh penyediaan jaringan telekomunikasi itu sendiri. Hanya saja yang perlu ditekankan adalah penyediaan layanan harus berdasarkan atas keperluan masyarakat. Jangan sampai hanya membangun dan memberi, namun tanpa pengarahan, tanpa monitoring dan keberlanjutan, sebab yang ada hanya sarana yang mubadzir. Contohnya adalah seperti berikut.
Gambar 1. Bagaimana daerah terpencil dan perbatasan menjangkau kebutuhan
Hakikatnya daerah dikategorikan sebagai wilayah terpencil dan perbatasan karena kondisi geografisnya yang relatif sulit dijangkau disebabkan letaknya yang jauh atau faktor lainnya sehingga sulit dijangkau oleh transportasi maupun media komunikasi. Rata-rata dari daerah tersebut pelayanan infrastrukturnya jauh dari standar minimal. Sarana dan prasarana komunikasi, transportasi, pendidikan, dan layanan lain yang menyebabkan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut mengalami kesulitan untuk melakukan aktivitas perekonomian. Imbas dari kesulitan ini tidak hanya berdampak pada sektor ekonomi, namun juga akan berpengaruh pada sektor lainnya. Selain itu, pada daerah itu yang masih menggunakan cara tradisional untuk mengetahui cuaca buruk dan tidak untuk berlayar, menyebarang laut, atau hanya sekedar mengail ikan. Semuanya itu karena keterbatasan sarana dan prasarana yang ada atau juga mereka masih belum melek akan teknologi baru mengenai tanggap bencana ini. Sehingga tidak heran jika bencana terjadi bukan saja karena human error, namun karena tidak ada pemberitahuan dan waspada dini yang seharusnya bisa diatasi.
Suatu masalah baru kadang timbul dari masalah lain dan sebelumnya, yang akhirnya akan berimbas membentuk siklus masalah beruntun. Dan saking tidak sadarnya, telekomunikasi bisa menjadi solusi atas masalah-masalah itu. Banyak pernyataan atau pertanyaan yang bisa ditanggapi oleh penyedia layanan telekomunikasi dari keluhan “Coba kalau bisa telpon pasti bisa......” atau seperti ini “dengan sms saja, mungkin akan lebih gampang”. Artinya, permintaan ini muncul atas keinginan masyarakat (social accepted). Lantas, dimanakah peran operator sebagai penyedia layanan telekomunikasi? Banyak! Jika ingin dikaitkan, maka banyak sektor yang terbantu baik secara langsung ataupun tidak langsung
Gambar 2. Pembangunan Jaringan dan penyediaan layanan telekomunikasi
Hal pertama yang bisa dilakukan dalam upaya memberikan jasa untuk daerah terpencil dan perbatasan adalah dengan membangun jaringan atau BTS. Karena memang kondisinya tidak ada infrastruktur yang terbangun dan kalaulah ada jaringannya belum maksimal, jadi fitur yang ditawarkan tidak tersedia. Seperti pandangan saya tadi, untuk mewujudkan tujuan XL sebagai operator penyedia layanan jasa tanah air, sebaiknya menerapkan prinsip berorientasi pada kebutuhan masyarakat dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Masyarakat perbatasan dan terpencil saya rasa sekarang butuh berkomunikasi dua arah lewat telepon dan sms. Dengan begitu mereka bisa meminimalisasi kesulitan berkomunikasi dengan kondisi yang terbatas.
Situasi konkrit yang terjadi sekarang, misalnya pada suatu hari ketika ada rapat di suatu instansi pendidikan, namun ternyata perwakilan dari daerah perbatasan ini tidak hadir, karena surat undangannya tidak bisa tersampaikan sampai hari-H kegiatan. Hasilnya, info dan hasil rapat tidak tersampaikan karena sulitnya transportasi. Akibatnya, banyak guru yang buta bahkan tidak tahu info yang sedang terjadi atau bisa jadi mereka terlambat mengetahuinya. Sebenarnya hal ini bisa diantisipasi jika jaringan telekomunikasi hadir dan memberikan layanan terbaiknya. Jadi, dari instansi tersebut hanya perlu kirim sms atau telpon saja untuk mengabarkan adanya agenda rapat. Mungkin kondisi ini sederhana, namun dampaknya akan sangat luar biasa.
Salah satu pulau tempat saya bermukim menawarkan keindahan alam yang luar biasa. Keindahan bawah laut dan hasil lautnya yang sangat menjanjikan. Namun, seakan keadaannya tidak pernah ter-ekspose di dunia luar. Juga, hasil kekayaan alam seperti cengkih kopra dan lainnya juga sangat menjanjikan, namun hanya dinikmati di pulau ini saja, atau paling jauh pangsa pasarnya hanya sekitaran daerah itu saja. Padahal bisa jadi ini menjadi salah satu komoditi yang bagus. Dengan menyediakan jaringan telekomunikasi dengan kecanggihan fitur yang sudah bagus, masyarakat bisa diperkenalkan internet untuk bisa mengenalkan daerah dan potensinya. Diberikan semacam pelatihan untuk membuat dan mengisi website pulaunya. Mengenalkan pulaunya, menjual hasil buminya, mengetahui tren pasar di luar. Selain itu, memudahkan pihak pemerintah untuk memonitor daerah ini tanpa harus datang ke pulau secara langsung tiap hari.
Layanan tanggap bencana. Ini salah satu layanan yang wajib ada untuk daerah yang rawan bencana atau daerah dengan geografis yang ekstrim. Banyak dari kita kadang hanya pasrah dengan keadaan alam yang ada karena sifatnya yang datang tak menentu. Sehingga banyak bencana yang terjadi tanpa antisipasi sebelumnya. Padahal, kecelakaan dari bencana ini banyak diminimalisir jika informasi yang tersampaikan bisa didapat dan diantisipasi sebelumnya. Penyedia layanan telekomunikasi bisa menjembatani hal ini. Dengan layanan seperti info badan meteorologi dalam bentuk website dengan koneksi cepat bisa membantu memberikan informasi dan memonitoringnya.
Pembangunan infrastruktur telekomunikasi ini harus bersifat berkelanjutan, partisipatif dan inovatif. Berkelanjutan dalam artian harus memperhatikan pemeliharaan, pemanfaatan dan pengembangan selanjutnya. Jangan sampai berkesan, asal pasang saja lantas pemeliharaannya tidak terawat.
Itulah sedikit gambaran dan bagaimana menanggapi telekomunikasi yang tidak terbatas pada batas. Tidak perlu yang terlalu canggih dulu. Adakan infrastrukturnya, berikan layanan telpon dan sms yang bagus, tarif yang tidak begitu menyusahkan. Berikan pengetahuan dan pelatihan tentang internet, lantas adakan layanannya setelah masyarakat siap. Awasi keberlanjutannya dan evaluasi terhadap kelayakan pakai di daerah terpencil dan perbatasan.
Saya yakin, walau hanya dengan memaksimalkan sms dan telepon, saya rasa teknologi ini yang tepat guna untuk masyarakat di wilayah terpencil dan perbatasan. Dengan begitu dunia telekomunikasi tidak lagi mengenal dan membedakan batas.
Oleh : Furiyani Nur Amalia
Pengajar Muda Gerakan Indonesia Mengajar
http://fhyuryi.blogspot.com/2011/12/telekomunikasi-tidak-terbatas-pada.html
No comments:
Post a Comment
terima kasih yaa :)