Di waktu yang lain, sedang diberikan tanggung jawab untuk mengerjakan sesuatu oleh dosenku. Ada beberapa metode yang harus aku temukan. Ada banyak analisa yang harus aku pertimbangkan, ada banyak jurnal yang harus aku baca. Deadline tiap satu hari harus ada progress. Jika ada kesalahan, harus diperbaiki hari itu juga, detail kalimat, perhitungan, rumus dan analisa harus tepat. Jika salah lagi, ulangi dari awal. Berangkat harus sangat pagi supaya bisa mendapat giliran pertama bertemu beliau dan segera mengerjakan progres yang diberikan. Pulang harus lebih larut karena data yang aku kerjakan sangat penting, ditunda pun juga tidak ada gunanya. Hitung-implementasi-evaluasi. Jika error lagi, ulang dari awal sesuai evaluasi tadi, jika benar lanjut ke progress selanjutnya. Begitu terus perputarannya. Taruhannya bukan antara ketakutan akan sesuatu atau kekurangan atas suatu nilai akhir. Namun bertaruh atas kemampuan diriku menerima tantangan, bagaimana aku harus menang bertaruh atas diriku sendiri
Ternyata satu bulan, satu tahun, dan satu tahun sesudahnya dan satu tahun berikutnya, taruhan atas kemampuan diriku ini menjadi karakter yang melekat atas tanggung jawab yang aku kerjakan. Sampai sekarang.
Waktu-waktu yang lain juga mengajarkanku banyak hal. Termasuk bagaimana melewati tantangan yang sulit, tantangan yang bertolak belakang dengan kemampuanku dan juga tantangan yang membutuhkan pembuktian. Di paragraf pertama, semenjak kejadian itu aku lebih berani bangun pagi untuk mencuci dan mandi lebih awal supaya kegiatanku bersama murid-muridku bisa lama, dan pekerjaan rumahku cepat selesai. (The Story when I was in Sangihe, 2011-2012). Paragraf kedua adalah ketika kuliah. Secara tidak sadar, dosenku mempermainkanku dengan cara yang waktu itu aku rasa "jahat" namun aku rasakan impactnya yang membuatku menjadi kebal akan banyak tugas. Mengeluh? Pasti! Tapi kata dosenku dulu, "mengeluhlah seperlunya, setelah itu kerjakan pekerjaanmu biar cepat selesai, karena mengeluh tak akan menyelasaikan apa-apa." Sekarang, dengan apa yang sudah aku alami dan bisa kulewati setelahnya akan biasa saja.
Bagiku, kekhawatiran melakukan sesuatu adalah bagian diskusi batin yang jika kau tak melakukannya, kau tak akan tahu hasil akhirnyaAku bukan sedang mengerjakan sistem kebut semalam untuk menulis di bulan ini. Ini adalah bagian pembuka aku harus istiqomah untuk menulis. Gaya tulisanku sudah banyak menjadi kaku, sense of menulisku sudah banyak digantikan oleh laporan ilmuah atau report kantor yang isinya terlalu formal. Aku banyak belajar, namun tidak banyak belajar dari kedisiplinan menulis.Susah memang untuk memulai sesuatu yang sudah lama tidak teratur. Namun, jika tidak dimulai akan sama saja. Setelah bisa melewatinya, maka selanjutnya akan biasa saja bukan? Bukannya kamu sudah biasa tertantang oleh sesuatu? Dari orang lain? Kalau ditantang oleh dirimu sendiri, apakah kamu sudah pernah memenangkannya?
Belum.
Dan akan.
Setelah ini.
Selamat datang September nan ceria,
~F
No comments:
Post a Comment
terima kasih yaa :)