Thursday, April 26, 2012

Being Positive or Negative or Choose to be Neutral?



My best friend said that, “nobody is fairy tale, Fur. Everyone or everybody always do some mistakes. Even its very little mistake.” Yap, Anggi said to me. I do agree with that. But in other my point of view, any- some or many- people will be choose to be fairy tale rather than to be tazmanian devil. The big point is, any – some or many – people always try to be ‘positive’ person in their daily life than being ‘negative’. I don’t know exactly the percentage. It’s not really important for me now. I just see it from my own experiences. Even, marriage couple, hope their test pack show the positive blue sign, less than negative red sign, right?
Someday, my father said to me, “You should to be good and show your positive mind in society around you.” Then, I answered, “ Why, dad? Its kind like I’m pretending to be someone else?” Then, he answered again, “No, daughter! Sometimes positives meant that how to respect people around you, no matter whom she or he is, what their profession. With act like that, the positive energy will surround you and people will respect you back. Your mind will support to create a good attitude, smile and admirably energy.” I don’t know exactly when our conversation going after that. I just swallow it. 

Yap, I’m trying and trying to be positive, trying to always motivated, trying to always see every problem from other side, till I find the positive side. For example, how will you act, if you see barratry or people doing un normal activity? Ok, it’s happened in my life now.  I’m a teacher who lives in borderland, so far away from city, but there are only 3 teachers who ‘really’ teach in class. ‘Really’ meant that the teacher doing teacher activity. But, no one teacher, teach how to studying, learning, evaluating, gaming and teaching as well. They just come late, and then go home early before time class to go home. In other side, the fact is, my student who live far away come to school and face that the teacher doesn’t teach on that day. It’s real happened. Other side again, my student is six grade, still can’t memories all multiplication from 1 until 10. They can’t spell their Indonesian writing as well. How they read the passage is worst. They don’t know the function of comma, full stop, question tag, or terminology like that. And how can they be in six grades who want to face final exam? Insane! Still want to be positive?

Yes, I’m trying to be positive. The way is start from me. First, being an example to other teacher with come to school on time.  Second, teaching with fun method, so my students can understand what subject I’m teaching. But, how about other class? I still have duty to teach other class too. How can I divide my time to be fair whether in my class and other class? How about my students who still can’t read, count and write. Is that my duty too? I think, amoeba that has ability to split into 2 bodies can do that, even less me. Honestly, somehow I’m tired to be positive. My entire positive attitude doesn’t influence other teacher here. I’m pretty sure that all of you face the same problem in your own duty, right? The question is, are you still act like positive person?

 But, I’m tired to be like that. I’m tired pretending. I need negative. Yess, I need negative. Is that wrong?
How can I do with negative? I can do that with jeremiad, complaint, upside down, tell delirious story,  or so on. Negative for me doesn’t  meant that I be demonstrate who destroy the building with bombs, or being insurgent who against every decision who unreasonable with my mind. It’s not to be like that. Being negative for me is to fulfill my eager. Just to prove negative doesn’t wrong at all. The way to be negative is, to tell my worried stories, share it with my friends and barked at myself. Sometimes, I do indifferently. Something I learned after I do all I want above is I’m feel tired too. I’m tired to be negative. And now I understand what my father said “all your intention is effected your act. Negative come negative, positive come positive. And everything wills you do, either negative or positive always take a risk. that’s  the law”

I agree with my father’s advises. All my activity that I do today or tomorrow will take a risk. It’s alright, it’s true, valid.  The wrong is, when u act nothing, you don’t do anything, even planning or doing. And the big point is, even its negative or positive it’s about how you face it, how you learn about your life, how you grow up with your decision. It’s the process of our life, the cycle of life, right?

But sometimes, being neutral is my choice. Negative is still negative If it comes with negative, neither with positive. But, if negative combine with positive, it become neutral. It’s completing each other. I think it’s better :D And now, no matter positive or negative, being right or wrong is depend on you. You know yourself well.  But sometimes, right decision comes after we do the wrong decision. Adopted from Paul Adren’s book, “Lets us start off on the right foot by making some wrong decision”, hmhh I agree with this :D
Happy Thursday, everyone . Hope the negative and positive aura come with you now J

STORY OF I


Bismillahirrohmanirrohim..

Dengan menyebut nama Allah akhirnya rilislah tulisanku yang satu ini. Setelah sekian lama aku tidak berutak atik dengan blog ini, kembali aku ingin menyentuhnya lagi. Kali ini tidak membicarakan siapa atau mengkritisi siapa atau bahkan mengomentari tentang seuatu. Namun saat ini akan lebih membicarakan tuntas  tentang diriku. Dari sudut pandang siapa?? Yap, dari sudut pandangku sendiri mendengar pendapat orang-orang di sekitarku. 

Apa yang menginspirasi bahwasannya aku harus menulis ini?? Ya, pengen narsis aja. Dulu aku berprinsip teguh bahwasannya hanya orang lain lah yang patut menilaiku, namun kali ini akan kucoba untuk menggebrak prinsip tersebut. Oke, aku mencoba mengerti siapa Furi itu sebenarnya. Perubahan apa yang berhasil ia dapat dan berhasil ia kembangkan atau tingkatkan. Everything just truly from my point of view. So, if there any same characteristic that you disagree or similar with your thinking, just shut and read then , your comment box will be available after you read this feed completely! Seems it’s gonna be serious writing? Hahhaha, slow down, i will make it little fun :d

Oke, its 8 o’clock but its rain outside there. I love rain, only rain, not the hard rain or whirling rain. Just rain.  But, I sure rain always come with their own reason. Just like me, being FURI, come out with my own reason. 

Kemarin aku berjalan sendiri di tengah malam mencari listrik untuk menghidupkan sahabat aku yang telah lama kelam. Aku membawa obor dari pelepah kelapa dan menggendong tas lengkap dengan perlengkapannya. Takut? Dulu. Pertama kali aku mencoba untuk mengalahkan rasa takut berjalan di tengah gelapnya jalan dan hutan adalah sesuatu yang berat sekali. Bahkan kadang aku harus berlari ketika mendengar suara burung malam di sekitar. Namun, sekarang semuanya jadi biasa. Ada rasa yang membuat ada yang lebih penting jika hanya sekedar mengalahkan rasa takut. Dan sekarang aku berjalan sendiri, diterangi temaram malam dan dengan segala pikiran dan rencana berkecamuk di kepalaku. Perubahan? Ya, perubahan dalam hidupku saat itu adalah Furi yang dulu sangat malas mengurusi hal semacam begitu, dan memilih pasrah saja, sekarang bisa mengerti bahwa the fear itself can be defeated by own intention. Aku sudah sering mengalaminya, namun baru sekarang menyadarinya, how fool I am.
Dalam banyak cerita hidupku, dari sisi benar versus tidak benarnya lebih banyak versi tidak benarnya atau nyeleneh menurut orang. But, that’s me. I know everything the best I should do. Dan ketika semuanya dikira itu aneh dan menjadi sebuah olokan tersendiri bagi mereka, aku merasa itu sah. This my characteristic and you should respect on me, and so do I. 

Dari kecil aku paling suka memakai celana, suka bermain dengan tetanggaku yang lelaki. Bahkan aku salah satu jagoan yang suka memanjat pohon jambu. Aku lebih suka bermain mobil-mobilan dibandingan bermain boneka. Aku suka berteriak dan tertawa keras saat bermain petak umpet di belakang rumah. Saat TK pun, aku paling pasif dalam menari, kata guruku gerakanku seperti robot dan saat SD pun, kakakku yang membuatkan tugas menyulamku karena kakakku sedih melihat hasil sulamanku yang begitu tidak teratur. Rasanya saat itu sensor kewanitaanku tak bisa berfungsi dengan baik, apapun yang behubungan dengan hal ‘keluwesan’ sepertinya tak berjalan. Saat karnaval pun contohnya, aku jarang sekali mendapat peran menjadi pemakai baju adat atau ratu atau siapa begitu. Mentoknya adalah aku menjadi seorang pemain tennis, atau menjadi petani. Kalau dibilang sekarang, wajahku kurang foto genic. Beda dengan mbakku, yang fotonya terpampang di rumah memakai baju adat pakaian Bali. Aku? Hanya sebagai polisi atau atlet pemegang raket bapakku. 

Kata ibuku dulu, aku dilahirkan dalam keadaan bungkus, dalam artian bayi Furi ada di dalam suatu lapisan kandungan yang harus di belah dulu lapisannya, baru aku keluar, dan Bapakku sangat mengharap aku adalah anak lelakinya saat itu. Namun, ternyata Allah membentukku menjadi seorang perempuan. Aku sangat keras kepala sejak kecil, apa yang menjadi kemauanku harus segera dituruti, kalau tidak begitu aku akan sakit. Dan sejak kecil, aku tidak suka disuruh atau diperintah. Apa yang aku lakukan terjadi atas kemauanku sendiri. Aku suka mendesain. Sejak kecil aku mendesain ruangan kamarku sendiri, aku suka menghias kamarku sendiri dengan menempelinya dengan sesuatu yang aku suka. Aku suka menggambar, melukis, mewarna dan membaca. Dulu alasan kuat kenapa aku mencintai gambarku adalah karena gambar bagiku adalah media untuk mendapatkan perhatian orang tuaku. Bagaimana mereka akan menanyakan gambarku dan apa maksudnya. Kegilaanku membaca timbul ketika aku menemukan sebuah majalah yang di dalamnya ada gambar salah satu pahlawanku yang aku cintai “PowerRanger” dan “Kestria Baja Hitam” di dalamnya disajikan banyak tulisan yang membuatku untuk menyimaknya tiap bait tulisan. Dari situlah aku mulai menabung untuk membeli majalah pahlawanku tiap minggu. Dan aku rasa, sinchan juga melakukan hal yang sama ketika dia harus menyempatkan waktunya untuk melihat pahlawan bertopeng.

Sejak kecil, rasa tak ingin kalahku memang sudah muncul. Aku mempunyai adik sepupu yang satu umuran dengan usia sama dan memasuki jenjang sekolah yang sama. Aku sedikitpun tak mau kalah dari dia. Devi, harus menjadi yang kedua dariku. Hahaha, egois banget yaah. Tapi memang benar, aku akan belajar sangat keras ketika dia mendapatkan suatu prestasi satu tingkat saja diatasku. Aku dididik dengan berkompetisi namun dengan cara yang kompetitif. Bapakku adalah my number one supporter. Bapakku sangat tahu ketika aku ingin melakukan ini itu, dan bapakku tak pernah melarangnya sedikit pun. Mungkin watakku ini mewarisinya. Sampai pernah suatu saat aku mengikuti kompetisi yang diadakan oleh kantor pos, mengaransemen puisi yang diadakan oleh kantor pos, dan aku berhasil memenangkan sebagai juara pertama tanpa sepengetahuan orangtuaku. Dan hadiahnya adalah perjalanan dengan kereta api eksekutif kemanapun. Dan itu adalah first time in my life. Dan even bapak ibuku dan kakakku sendiri belum pernah mencobanya. My joy and my pleasure to remind that. That’s my historical moment who really change my compete spirit. Hingga sampai saat ini, ketika Devi berhasil masuk salah satu PTN dengan cara SPMB, aku yang terlalu idealis dengan pilihanku saat itu tidak mau kalah dengan melakukan prestasi yang harus lebih baik darinya. Hahha, walaupun akhirnya aku menyadari, tiap manusia lahir dengan limit kehidupannya sendiri dan itu tak bisa disamakan.

Kadang sifatku yang ingin menang sendiri itu menguntungkan sekali. Bisa dikatakan aku adalah orang yang paling pantang menyerah. Dalam artian, semua yang aku anggap belum bisa, akan kucoba dulu sampai akhirnya ada satu saat dimana aku akan mengatakan menyerah. Contohnya adalah dengan membuat sulaman tadi itu. Aku akan mencobanya dulu, sampai benar-benar bisa dan akhirnya bisa, walaupun hasilnya semburat. Its okey, aku akan mencoba dan mencobanya lagi. Yang jelas, aku harus yang terbaik dari yang lainnya. Hahaha, kinda of egoist person, right? Oke, other example is cooking. Yap, memasak. Sampai saat ini, sense of cookingku masih di tahap menggantungkan diri pada delivery order atau mending beli. Maksudnya adalah aku masih belum bisa menemukan kenyataan kenapa kemampuan memasak benar-benar penting. Lotta people say that, husband will love their wife, if his wife is great on cooking. In other word, cooking is the secret receipt of happy family. Hahhaha, the question is, am I married now? Not, yet! So, I wanna learn cooking before Im will married. Promise. :D but for now, im quite with simple cooking, like how to boiled water, fried rice, instant noodle. :D

Tak dipungkiri, jiwa “keramaianku ” timbul karena aku dikelilingi oleh orang-orang bersuara keras dan ceria. Mereka adalah keluargaku. Tidak ada istilah priyayi atau kasta mana orang tua dan mana yang anak di kamus keluargaku. Bagi keluargaku menghormati itu sebagai batas kesopanan, dimana kamu harus tau dan membawa diri kemana kamu akan bicara apa dan bicara dengan siapa. Aku dan orang tuaku menggunakan bahasa Indonesia hanya untuk konteks pembicaraan serius. Dan untuk sehari-hari aku berbicara jawa, yang cenderung jawa biasa. Namun, orang tuaku mengajarkanku untuk belajar “berbahasa” jika berbicara dengan orang lain. Bagiku, itu akan sangat mengakrabkanku dengan orang tuaku. Tak jarang, banyak sahabatku yang begitu iri tentang kedekatanku dengan bapak atau ibuku. Dan ibu bapakku tidak keberatan dengan hal itu. Oleh karena itu, aku sering membuat suasana menjadi lucu dan ramai di tengah teman-temanku. Satu hal lagi, aku suka membuat suasana menjadi ramai dibanding kelu. Entah kenapa. Kadang aku benci sepi. Sepi membuatku tak produktif. Bahkan dulu guru SMPku selalu menutup jendela dan pintu kelas yang beliau ajarnya ketika kelasku sedang olah raga. Tanpa basa basi beliau bilang, Ini pasti kelasnya Furi yang olah raga, tolong ditutup pintunya” dan itu sangat terkesan sampai sekarang. Aku suka berkumpul dengan teman-temanku. Bagiku teman adalah sebuah tempat dimana kamu bisa menumpahkan segala keinginanmu dan kelelahanmu, namun di lain sisi teman itu bagaikan harta karun yang memang harus dicari dan setelah menemukannya, kamu akan merasakan kebahahagiaan di dalamnya. Itulah mengapa aku senang bertemu dengan teman-temanku, dan aku suka untuk berteman dengan siapapun. Dan tidak dipungkiri tidak begitu kesulitan untuk mengenal orang baru di sekitarku.

Dikenal orang yang tidak pernah diam itu susah ketika kamu harus memilih jadi orang yang pendiam. Pendiam dalam artian, kamu mempunyai waktu untuk berdiam diri. Jujur, aku adalah tipikal orang yang semaunya sendiri, maksudnya, segala yang aku lakukan kadang bisa aku lakukan sendiri tanpa ingin dibantu oleh orang lain. Aku sering belajar sendiri untuk menemukan jawaban atas tugas yang aku cari. Aku punya plan sendiri untuk pergi kemana menyendiri. Bahkan saat kuliah dulu, aku sering menghabiskan waktuku duduk di KFC untuk membeli mocca float 5 ribu tapi menghabiskan hampir 6 jam di pojokan untuk mengejerkan semuanya. Aku suka mengerjakan tugasku di kos sendiri bisa sampai sehari penuh. Aku selalu mengumpulkan full of joy that make my spirits rise up. Aku selalu ingin mempunyai sesuatu untuk berjalan sendiri. Bahkan aku bisa menghabiskan waktuku di mall untuk berkeliling sendiri, menikmati jalan dengan motorku sendiri, kemana-mana sendiri.  Bagiku dengan sendiri adalah memberikan waktu luang untkku untuk bercengkarama dengan pikiranku sejenak, merencanakan rencana kemandirianku. Aku suka menulis, dan di tengah keinginanku berdiam diri, aku akan menumpahkan pada tulisanku apa yang ada di pikiranku untuk diambil esensi yang bisa diambil selama ini.

Dengan tipikal seperti itu, kadang aku merasa meminta tolong ke orang lain untuk melakukan sesuatu itu membuang waktu. Untuk alasan tertentu pastinya, selama itu masih aku bisa lakukan sendiri. Jadi, tidak jarang aku bisa melakukan semuanya sendiri. Aku belajar menemukan dalam setiap hal yang aku lakukan sendiri. Misal, tidak jarang orang melihat aku mengangkat barang berat-berat atau menenteng barang yang berat tapi aku bisa lakukan sendiri. Disini pun selama setahun, kadang orang heran ketika aku bisa melakukan semuanya sendirian,persis seperti orang pulau kata mereka. Bagiku, melakukan kegiatan sendiri itu menyenangkan.

Satu hal lagi, aku orangnya paling cepat buruk sangka dan sering tidak percaya akan hal yang dilakukan orang lain. Itulah kenapa aku paling ngga suka mencontek kerjaan temanku. Aku merasa kerjaanku akan lebih baik dari itu. Aku selalu mempunyai jawaban, aku tidak suka untuk menjadi orang yang sama dalam satu alasan. Pernah saat aku bekerja, supervisorku menanyakan sesuatu di hadapanku langsung, “Fur, aku selalu suka dengan pekerjaanmu, tapi kalau kamu tidak bisa luwes sedikit, suatu saat kalau kamu jadi atasan, bawahanmu akan banyak yang mati mendadak.” Responku saat itu hanya senyum simpul. Entah itu sarkasme atau hiperbola, yang jelas aku cuek aku. Yes, I’ll do my best with all my best. Im not trying to be number one, but I always try to better than one, whatever is.

Sifat lain aku adalah keterlampuan cuek dan keterlampauan baik kadang. Banyak yang bilang, terlalu baik kadang melemahkan. Dan terlalu cuek akan mematikan. Temanku bilang, kalau aku menjadi orang yang cuek, akan menjadi patung yang tidak peka di sekitarku. Namun, aku merasa lebih tepatnya aku pura-pura saja tidak peka, walau aslinya peka. Lebih pasnya adalah pura-pura tidak tahu. Karena malas saja untuk tahu. Maka diam menjadi alasan terbaiknya. Namun ketika datang saat dimana aku merasa orang perlu di bantu dan kewajibanku sebagai manusia untuk membantu datang, katanya aku akan menjadi keterlaluan baik. Is that right? Memang baik itu berbatas ya? Baik kan relatif. Bagiku biasa saja, namun bagi orang bisa dibilang baik sekali.  Kembali lagi pada prinsipku, I know what I must do. I know the best I will do. Even it takes risk or consequences.

Pengaruh sifatku sangat berandil dalam pencapaian jati diriku. Dulu aku sering mengagungkan cita-cita, harapan dan rencana atau tujuan hidup. Atau istilah kerennya adalah mimpi. Aku adalah pemimpi, karena dari mimpi yang berkolaborasi dengan segala rencaku, aku bisa berada dalam posisi yang sekarang. Aku merasa hidupku tak lebih baik dari yang kemarin, selalu ada hal yang tidak lebih baik dari hari kemarin, tapi aku sangat menikmatinya sebagai jejak hidup yang aku tapaki sekarang. Dulu aku bermimpi menjadi seorang desainer, aku bermimpi menjadi seorang arstiketur sampai aku pernah bercita-cita menjadi menteri. Namun, sekarang aku lebih senang ketika aku bisa menjadi apa yang telah aku raih dari rencana-rencana yang aku lakukan kemarin. Aku selalu mensyukuri tiap jalan yang Allah berikan padaku. Every day. Because every day, many stories happened that will be my historical moment for tomorrow. 

Sebenarnya tulisan ini ingin aku poskan saat hari kartini. Tapi sepertinya tidak bisa, karena  banyak halangannya. Dan berharap aku bisa menjadi Furi yang selalu lebih baik dan mencoba memperbaiki setting default yaitu “Sabar” setiap harinya. Itu yang aku syukuri sampai sekarang.

Oh, satu lagi menjadi diri sendiri itu menyenangkan, not pretend to be someone. Everyone was born with their own ability and characteristic, no matter what he or she be now, the unity will be born if we can bound every characteristic as puzzle that completing each other. Nobody is perfect, even you or me. But everybody has own way how to complete their puzzle fragment. So, don’t try to compare you as you with them as them. We are born with differences, so that’s why we need someone to make it complete. Respect everything even it doesn’t make sense, try to learn from it, and make it simple conclusion, I think it’s the best part how we learn from how we live and life now. And Paul Aldren say that, You are the person you chose to be J
Happy Wednesday everyone. Really need suggestion. Thanks to read my feed J