Wednesday, May 23, 2012

Happy Birthday, Dad :')


A truly rich man is one whose children run into his arms when his hands are empty.  

Hampa bagi saya adalah ketika saya tidak bisa berkumpul dengan keluarga. And the worst, It's my three times I cant celebrate my Dad's birthday. And you will ask me, its important for you? Yes! Really do!

Bapak bagiku adalah partner utamaku dalam hal apapun. Walaupun usianya tak muda lagi, bagiku bapak adalah sahabat sekaligus teman yang paling gampang dan nyambung diajak melakukan apapun. Bermimpi bersama, namun bermimpi realistis. Mengingatkan, menegur, mengajak dan menyemangati apa yang aku lakukan. Sebaik apapun itu.

Bapak adalah sebuah sosok panutanku. Terutama bagaimana aku memandang seorang laki-laki. Dari hal yang paling simple sampai yang paling complicated, sepertinya bapakku tahu. Teman-temanku bilang, saking dekatnya aku dengan bapakku, mereka iri kepadaku. Saya kadang juga heran, kenapa mereka tidak bisa melakukan hal yang serupa seperti bercanda, bersepeda dan bermain bersama seperti aku dan bapakku? Ya, mereka bilang, ada gap antara mereka dan bapaknya.

Ada hal yang biasanya saya tak mengerti. Semua temanku kadang menggagalkan rencana atau janji salah satu alasannya adalah "Aku ngga boleh sama bapakku" atau "Kagak boleh gw sama bokap gw cuy" atau "Yah, papaku bakal marah nanti ". Dan sedangkan diriku jarang menggunakan cara seperti itu.

Dalam hidupku, bapakku adalah orang yang berperan dan yang paling tidak berkeberatan atas segala tindakanku, terutama mengenai karir dan tujuan hidup. Di lain sisi, bapakku sangat demokratis terhadap semua keputusan yang akan saya jalani, namun di lain pihak juga, bapakku akan begitu concern atas apa yang akan saya kerjakan. Bapak adalah typical orang yang santai, banyak di segani orang dan paling tepat waktu sedunia. dan bapakku orangnya santai juga suka baca.

Pesan beliau yang selalu ku ingat adalah, jangan segan untuk mendoakan dan sholatlah tepat waktu. menggapai cita-cita itu sangat mulia, namun lebih mulia lagi jika kau melibatkan orang lain untuk bersama-sama mewujudkan cita-citamu.

Akhirul kalam,, milad mubarok yaa Bapak.. :)

Tuesday, May 22, 2012

Allah Itu Baik

Kadang saya selalu tidak terima ketika "kesialan" atau "musibah" menimpa saya hari ini. Contohnya adalah hari ini. Hari ini saya menjadwalkan untuk bisa kembali ke pulau, karena saya rasa urusan saya sudah selesai di Tahuna. Siang saya mengurusi tabungan saya di Bank. Antriannya luar biasa panjangnya. Dari urutan yang ke 64, ternyata yang di layani urutan yang ke 42. Walhasil saya tinggal keluar sebentar untuk mengurus ini itu dengan estimasi setelah kembali saya adalah antrian berikutnya. Kira-kira setangah jam saya keluar, ternyata giliran saya tak kunjung dipanggil. Malah saya harus mengantri satu jam lagi lamanya. Jujur menunggu adalah salah satu pekerjaan yang tidak bisa ditoleransi bagaimanapun bentuknya dan bagaimana pun alasannya. Yang belajar sabar lah, yang belajar menghargai lah. Ahh, insane! Pembelaan diri saja.

Oke tepat jam 12 siang giliran saya dipanggil ke teller. Tidak sampai 10 menit semuanya beres. Menyebalkan. Bahkan mengantri itu lebih lama dari pada transaksinya. Jam 12, setidaknya saya masih mempunyai waktu sekitar satu jam untuk berbenah dan pulang ke pulau. Namun, ternyata dugaan saya salah total. Setelah saya ingat dan kembali  mengemasi barang, ternyata ada sesuatu yang tertinggal. Ternyata itu adalah buku tabungan saya. Entah dimana dia, yang jelas dia raib begitu saja. Mau tidak mau saya sangat kesal dan merasa sial, sehingga saya menunda kepulangan saya ke pulau dan akhirnya harus kembali ke bank dan mengurusinya. Namun ternyata respon dari bank tersebut kurang baik. Jadinya, saya tetap harus memutuskan sendiri dengan meminta bantuan dari teman dan atasan. Alhamdulilah, selesai, walau hati tidak tenang sebenarnya.

Setelahnya saya menenangkan diri dengan berdiam sejenak, telepon ibu di rumah dan ibu angkat saya di pulau dan menjelaskan kondisinya. Dan saya tersadar oleh sesuatu. Sepertinya saya di tegur Allah untuk lebih hati-hati dan tidak ceroboh. Astaghfirullahal adzim.

Pergilah saya ke warnet untuk menyelesaikan prosedur semuanya, dan berharap semuanya lancar saja. Dan ketika saya baru duduk di warnet beberapa menit, ibu angkat saya di pulau menelepon saya, bilang bahwasannya cuaca dan ombak sedang kencang. Untung saya tidak pulang. Dan benar, kemudian di Tahuna hujan mengguyur deras beserta angin. Subhanallah, sungguh Allah sayang saya. Sungguh Allah sayang saya. Tidak tahu apa jadinya kalau aku jadi pulang hari ini.

Banyak istighfar karena sudah suudzon tentang kesialan hari ini. Sungguh manusia hanya bisa berencana tapi apapun itu Allah yang menentukan. Menentukan yang terbaik tentunya bagi hambaNya. Karena Allah sesungguhnya Maha Baik.

Berharap Furi akan menjadi yang lebih baik juga. Bismillah, lebih semangat!

Selamat Menempuh Bulan Rajab, kawan..

Thursday, May 17, 2012

Dia Ber-Cilia


Aku punya sahabat yang baik. Sahabatku ini tak pernah mengeluh. Dia kokoh meski bentuknya sudah tak karuan, seakan tak terlihat lungsuran. Dia tak pernah berontak ketika panas ataupun hujan. Dia selalu melindungiku ketika terantuk batu, menyelematkanku dari licinnya jalan, dan yang jelas mengamanku dari teguran guru. Aku sering mewarnainya dengan sisa kapur di kelas, jika wajahnya menyemu, seminggu sekali memandikannya, lalu menyematkan tali agar kembali sumringah. Aku pun gagah bersamanya. Selalu.


Sudah 4 tahun kita bersama. Banyak cerita antara kita, senang ataupun duka. Namun, seiring dengan kondisinya yang mulai menurun, dia sekarang jarang kuajak menemani berjalan. Dia sering ku gantungkan di tas. Aku mengajaknya ketika dibutuhkan saja, selebihnya ku gantung lagi. Aku menyayangi dan selalu menjaganya. Dia tak sekokoh dulu. Jelujuran ibuku sudah mengitari sekujur tubuhnya. Tubuhnya sudah berserabut. Telapaknya sudah tak segagah dulu, sudah sedikit aus, terkikis, akibat sering kuajak berlari ketika aku terlambat pergi, sering kuajak mengejar ketika lonceng terdengar. Warnanya juga tak cemerlang lagi. Walaupun aku beri kapur dan kusikat berkali-kali, bukan gagah yang kudapati, malah semakin menyakitinya.Orang juga banyak mencibirnya dan membicarakannya bentuknya. Bukan karena dia tidak seperti yang dulu. Bukan karena dia tak indah lagi. Namun apa boleh buat, ukuran kita tak sama lagi. Aku sering menahan sakit ketika berjalan bersamanya. Sampai ibuku bilang, ‘Relakan dia, Nak. Saatnya adikmu yang menjaganya.’

-masih teringat, sepatu kanvas putih yang selalu kupakai tiap hari Senin-Kamis di SMA-