Thursday, March 31, 2011

Bukan Karena Gelar, Status atau Jabatan

Assalamualaikum..

Pengen posting malam ini, sebenernya yang menginspirasi kenapa saya ingin menulis posting ini adalah banyaknya kontroversi di masyarakat yang menyangsikan dan meragukan lulusan Diploma 4, walaupun teratas namakan Politeknik Elektronika Negeri Surabaya-ITS. Di milis lulusan, ada salah satu teman saya yang curhat dan kecewa karena lulusan D4 tidak bisa meneruskan studi S2nya di Universitas Indonesia. Kemudian ada yang bilang, lulusan D4 lebih susah untuk mencari kerja di masyarakat di bandingkan dengan lulusan D3 atau S1 yang ada sekarang. Atau kalaupun ada, maka lulusan D4 biasanya disamakan dengan lulusan D3, baik dari segi jabatan maupun gaji. Kemudian dari segi title, atau gelar yang menyandang di belakang nama, memang gelar Sarjana Sains Terapan (SST) masih kalah pamor dengan Sarjana Teknik (ST), bahkan pelesetan dari SST ini adalah Sarjana Seperti Teknik :) dan yang lainnya. Saya tidak tahu apakah ini suatu hinaan, atau suatu cara melegakan diri, atau memang usaha sendiri mendapatkan gelar yang hampir sama seperti teknik. Padahal saya yakin lulusan Diploma 4, ngga kalah teknik. Malah saya boleh bilang teknik banget.

Sebenarnya kita ngotot pun bilang ke khalayak kalau D4 itu sama S1 pun itu ngga ada gunanya. Walaupun sudah tertera pernyataan tertulis di Undang-Undang di sini . Sudah kenyataan kalau orang Indonesia malas baca Undang-Undang, maka mau ngga mau kita harus menyadari hal ini. Salah satu cara untuk mengenalkan Diploma 4 adalah kita sendiri yang mengenalkan, dan kita sendiri sebagai lulusan D4 yang membuktikan. Saya yakin lulusan D4 di seluruh Politeknik negeri ini juga ingin menunjukan performa terbaiknya di sisi pengetahuan dan pengalaman.

Saya yakin semuanya bergantung pada waktu. Tapi alhamdulilah banyak institusi negeri maupun swasta yang sudah banyak mengakui lulusan D4. Namun, kita sebagai lulusan D4 selayaknya mengisi tenggang waktu pembuktian itu dengan apa adanya kita sebagai lulusan D4. Setara sih setara, tapi kalau bisa yang setara itu gelarnya saja, tapi kalau kemampuan diusahakan harus sebanding atau ekuivalen atau sama dengan lah minimal dengan lulusan S1.

Tapi jujur, saya punya pemikiran beda dengan perbedaan atau mempersamakan  S1 dengan D4 itu sendiri. Sebenarnya mau lulusan D4 atau S1 itu bergantung dari niat dan kemampuan kita sendiri bahwa sebenarnya kita LAYAK. Layak di dunia pendidikan, di dunia kerja, atau layak di pandang sebagai seorang yang lebih bertambah ilmunya. Kalaulah yang dipermasalahkan tentang lulusan D4 itu apa saat interview, ya coba di terangkan ke pihak HRDnya. Kalau lah memang belum diterima, yakinlah kalau itu masih belum rezeki kita, jangan malah menyalahkan lulusan D4 yang belum terkenal. Toh masih banyak rezeki yang bertebaran di bumi Allah. Cari lagi, kembangkan lagi. Dan kalaulah sudah diterima, tunjukkan sebagai lulusan D4 memang layak untuk di pekerjakan. Pengalaman saya dulu waktu wawancara, ketika ditanya D4 itu apa, saya menjelaskan dengan baik sebaik Pak Presiden mengadakan pers conference, hahaha. Walaupun akhirnya saya keterima dan tidak saya ambil. Namun ada juga yang ngga ketrima waktu interview itu. Nah itu untuk institusi swasta dan negeri. Kalau ingin jadi pegawai negeri, insyallah sudah ada penjelasan kok, mesti ada label D4/S1 jika di butuhkan. Contoh, PLN, Depkominfo, Menristek. Setiap tahun mesti buka. Jadi jangan kuatir. Dan bahkan ada teman saya yang sudah jadi jutawan, dari D4. Mari, mari kita berbaik sangka dengan gelar dan alamamater kita.

Pengalaman lain?? Oke, tentang sekolah kan?? Maksudnya tentang kelanjutan kalian yang ingin kuliah Master. Kalaulah ada Universitas dalam negeri yang masih belum bisa mengakui D4, cari lagi universitas atau Institute yang mau menerima lulusan D4. Ngga harus masuk universitas itu kan?? Maka, ayo cari lebih giat lagi. Kalau mau cari beasiswa ke luar negeri, gampang kok. Mereka kebanyakan tidak melihat apa itu D4 apa itu S1, yang jelas kita bisa memaparkan bidang apa yang kita minati dan mendapatkan kepercayaan profesor di universitas tersebut. Setelah dapet profesor, kirim deh nominated latternya ke universitas atau ke konsorsiumnya. Tapi memang butuh sabar yang berlebih. Namun, yang ingin sekolah di daerah ngga kalah baiknya, asal NIAT harus lilllahita'ala.

Baiklah sebenernya inti dari posting ini adalah apapun gelar, jabatan, status dan almamater bukan masalah yang sulit kalau memang kalian punya niat yang baik dan mental sekuat baja. Mau bangkit setelah sekian kali jatuh, dan pantang menyerah setelah sekian kali di tolak. Dan sabar juga pantang mengeluh, walaupun saya sering juga tuh mengeluh :D. Bagi yang masih sibuk melamar sana melamar sini, semangat dan giatlah, jemput rezekimu, dan yakin rezekimu akan menggapaimu juga. Kalau kata teman baikku, kalau belum sampai 1000 lamaran, dia ngga akan berhenti melamar kerja, dan pastinya dengan kesabaran juga. Tapi alhamdulilah, belum lamaran ke 1000 dia sudah keterima kerja [thanks Mimit :)]

Untuk yang mau melanjutkan kuliah, luruskan niat dan tekad, pikirkan baik-baik, kantongi restu orang tua, dan yakinkan bahwa mencari ilmu semata-mata karena Allah. Insyallah semua pasti dimudahkan.
Mencari ilmu, menjemput rezeki, bersilaturahmi adalah wajib, namun ingat, sebaik-baik makhluk adalah yang paling berguna bagi sesamanya. Dan jangan lupa, marilah kita memajukan Indonesia tercinta kita. Almamater yang patut kita junjung. :)

1 comment:

  1. saya lulusan d4 dari semarang,,,
    sama kasus dgn saudara...
    gimana kalo buat forum

    ReplyDelete

terima kasih yaa :)