Apa kabarnya kamu?
Semoga selalu sehat. Aih, Desember kutinggalkan 15 hari
tanpa menulis apapun. Padahal banyak banget hal yang ingin aku tuliskan.
Sebenarnya banyak, entah kutinggalkan lalu saja. Oh ya,
sudah tengah bulan saja dan bulan depan adalah tahunnya 1-3 alias 13. Aku
selalu merindukan tanggal itu. 1-3-13. That’s my birthday :D
Oke lanjut tentang apa yang aku tuliskan. Kemarin Ibuku
telpon dan bercerita tentang kesehariannya di sekolah. Oh ya, ibuku adalah
seorang guru sekolah dasar ya jelas aku bangga, karenanya juga aku benar-benar
dididik selayaknya guru dan muridnya. Namun sayangnya aku baru merasakan
profesinya ini amat berat ketika ada di usia 24 tahun. Keterlaluan :D
Ketika itu ibuku bercerita, ada muridnya yang terlambat
datang di sekolah saat ujian semester. Dan di tengah nafasnya yang menderu
ibuku menanyakan alasan keterlambatannya, karena bagi ibuku perempuan satu ini
yang duduk di kelas 3 ini adalah siswi yang disipilin dan tidak pernah
terlambat baik itu ke sekolah atau mengerjakan PR. Dan bagi ibuku sangat
disayangkan mengapa tiba-tiba dia datang terlambat.
Ketika ibuku tanya, alasannya adalah ‘Saya harus membantu Bapak
jadi kernet karena Ibu sedang sakit’
Lalu ibuku menyuruhnya masuk dan disaat ibuku memberinya
soal ujian dia meminta sesuatu ke ibuku,’Bu Guru, setelah ujian Matematika,
saya mau langsung ujian Bahasa Indonesia, supaya saya bisa cepat pulang’
Dalam ceritanya ibuku dan rekan gurunya sangat ibu kepada
muridnya ini. Sehingga setelah ujian, dia dipersilahkan untuk meninggalkan
sekolah dengan janji besok tidak boleh terlambat. Guru-guru iuran bersama untuk
meringankan bebannya.
Dulu ibuku sering menceritakan kelasnya. Apa yang menjadi
kesehariannya menjadi seorang guru. Menceritakan sesuatu yang sangat
inspiratif, sesuatu yang membuatku untuk tetap selalu bersyukur, ibuku
mengajarkanku untuk tetap mau sekolah dan mengenyam pendidikan yang lebih baik.
Dari cerita-cerita muridnya, wali kelas, kepusingannya untuk memutar otak
supaya muridnya lekas lancar membaca sudah jadi makanan keseharianku selama
mungkin 24 tahunku. Namun sayang baru tahun ini aku baru merasakannya.
Aku bisa merasakan hal yang sama, ketika aku dulu mengajar
dengan kondisi murid-muridku tak seberuntung murid-murid ibuku. Ketika ibuku
menceritakan hal yang sama aku tiba-tiba saja merefleksikan tentang apa
kekhawatiran ibuku. Ingin membantu dan tetap menjaga mimpinya agar tetap masuk
ke sekolah. Betapa sekolah itu begitu penting baginya. Dan menurutku itu tak
semudah yang aku kira dulu.
Pantas saja ketika setahun kemarin aku menceritakan
kecemasanku akan murid-muridku ke ibuku, beliau hanya bilang,’iya, ibu sering
seperti itu. Kamu sabar saja, jadi guru SD tak bisa dipaksa dan dipaksakan. Kamu
yang harus tahu kondisi mereka.’
Apa semua orang di negeri ini harus mengajar supaya tahu apa
esensi mengajar dan diajar?
Dan ditengah percakapan kami lewat telepon, ibuku dengan
sumringah bilang, “Adek tau, waktu Ibu koreksi hasil ulangannya baik matematika
maupun bahasa indonesianya, semua dapat nilai 8 dan 9. Ibu kasihan banget Dek. Dia
itu pinter soalnya”
Aih, aku kangen bocah-bocahku disana. Aku rindu segala
celotehnya yang selalu meriukan kelas setiap pagi. Dan sekarang aku tahu apa
yang dirasakan ibuku, ketika semua dunia Indonesia membicarakan kebijakan
kurikulum yang semakin tak jelas itu, beliau hanya menanggapi santai,
‘Yang tahu perkembangan murid di kelas itu gurunya. Jadi Ibu
sudah tahu apa yang seharusnya Ibu lakukan. Kurikulum adalah pegangan. Tapi
sejatinya peran terbesar adalah ketika guru di depan kelas.’
Di akhir percakapan kami, ibuku hanya memberikan nasihat. Entah apa
nasihatnya aku lupa. Pikiranku melayang ke bumi utara negeri ini. Berdoa semoga
bocah bocah kecilku bisa tetap mengejar mimpinya.
Selamat bermalam minggu teman,
Furi.
inspiratif mbk,,, aku tambah pengen jadi guru..
ReplyDeleteTerus nulis fur! Salam buat anak pulaumu.,.!
ReplyDeleteyess, thank you! Will do!
ReplyDelete