Sunday, January 2, 2011

1 Januari 2011, Seru Capek Gila

1 Januari, tahun baruan?? Eiiiitts, tidak bisa. Bukan merayakannya, namun ingin berkumpul bersama keluarga lebih tepatnya. Dan memang, hari ini adalah jadwal menjemput ibu dan tanteku ke rumah mbah yang di jember, dalam rangka memperingati 40 harinya pakdheku. Karena memang hari libur sekolah untuk adik-adikku dan juga ibu, tanteku yang beprofesi guru, mereka pun berangkat lebih dulu, barulah pada sabtu itu kita menyusul (aku, bapak, dan adek sepupuku). Bisa dikatakan, aku sudah lama tidak berkunjung ke Jember. Selalu saja ada halanagn ketika aku hendak iku, dan akhirnya rencana ini terealisasi. Alhamdulilah. Sepanjang perjalanan, topik yang gempar di perjalanan adalah masih tetap tentang Abu Bromo yang sampai mana saja saudara sekalian. Bahkan sampai Lumajang sekarang hujannya warnanya coklat pekat, campuran air dan abu Bromo. Keren juga ni Bromo, bener-bener rata ni semburan, mulai Probolinggo, Pasuruan, Malang, dan sekarang Lumajang. (Semoga ngga nyampe Jakarta yo Bromo, *emang bisa??*). Oh ya, satu hal yang paling aku suka ketika berkunjung ke jember adalah jalanan menuju Jember adalah, pemandangan kanan kiri yang begitu asri dan rindang. Melewati sekolah SMAku dulu, dan pastinya melewati pasar-pasar buah di Klakah dan Ranuyoso. Dan hebatnya, pasar ini setiap hari selalu produksi pisang, kelapa, dan nangka. Bayangkan setiap hari lhoo, betapa melimpahnya produksi buah-buahan di tempat ini (Subhanallah). Macet jelas, tapi seneng banget lihatnya, dan yang paling bikin bete adalah :
Bapak : "Dek, liat tuh buahnya seger gedhe-gedhe banget. Seneng liatnya "
Furi : "Beli ayook pak, berhenti ta ini??"
Bapak : "Nanti aja wes, nunggu ibu"
Furi : "Lah, terus ngapain tadi suruh jalan pelan sambil nunjuk ini gimana itu gimana?"
Bapak : dengan santai dan masih terkagum-kagum dengan pemandangan buah-buahan "cuma seneng aja liatnya"
Furi : nyeeeeeeeeeeeeeeeeeeehhhh...(melihat tanpa memiliki senengnya) ini cuplikan gambarnya 

Gede banget ya pisangnya
Apa ngga berat ya yang jualan, kanan kirinya pisang yang begitu banyaknya

Perjalanan yang nggak seberapa jauh sebenarnya dan cuma butuh 2 jam dengan mobil, tapi pemandangannya bener-bener asri, beda banget perjalanan Probolinggo - Surabaya, bawaannya jenuh, macet sama truk sana sini yang ada. Dan semakin heran saja, kenapa orang-orang ini selalu menganggap Probolinggo itu sesudah Jember? heran. Sampai pada suatu posting facebook aku bikin status seperti demikian : 

Kenapa sih selalu ditanyain, Probolinggo itu setelah Jember ya? saya jawab : Ini rutenya : Sby-Sidoarjo-Bangil-Pasuruan-Probolinggo-Ranuyoso-Klakah-Tanggul-Bangsalsari-Rambi-Jember!! jadi Probolinggo sebelum Jember..-----

 Dan yang komen 52 biji saudara, heran deh ya. Nah itu lah kewajiban saya sebagai perwakilan kota Probolinggo harus wajib mengenalkan hometown saya dengan baik (mulai diplomatis ini topiknya). Lanjut saja, sampailah saya di kota yang begitu adem seger banget (soalnya mendung). Dan banyak sekali konstruksi yang berubah. Sungai tempat sepupuku dan aku bisanya buang hajat, sekarang menyempit dan mengalami pendangkalah. Terus bakul (baca : penjual) tempe sudah alih profesi jadi penjual bakso. Jalanan di depan rumah mbah yang dulunya berbatu, sekarang udah mulus sekali. 

Kembali ke desa serasa kembali ke jaman mana gitu, semuanya pada murah, makanya ibu sama tanteku beli sayur ini itu, buah-buahan dengan alasan ke aku "Sayuran di Probolinggo kena abu bromo semua, jadi cari yang fresh " (alasan ibu-ibu sekarang ada aja ya)

Langganan aja, kalau sudah sampe desa, aku harus ke rumah pakdhe, sodara ini saudara itu, pakliknya ibu, sepupu sepupunya ibu, mbah sepupu dari mindoannya ibu (bingung ngga tuh?). Selalu seneng aja kalau maen ke rumah pakdhe ini, ada aja tanaman di rumahnya. Dan tentunya dengan adanya adek sepupuku yang nakalnya naudzubillah, jadilah liburan dan kunjungan kali ini agak terganggu, karena saya juga menjabat sebagai baby siter (capek tau), ini ni taneman di rumah pakdheku:
 tebak deh buah apa ini? muaaniiss bauanget
 "eehh,,ehh jangan di petik dulu, rambutnya belum banyak rontok", kalian pahamkah artinya?? kalo paham segera komentar ya? aku masih belum paham
 sebenernya pengen moto kolam yang penuh gurame loncat itu. Eh malah nongol si Candut ini, pose pula
 Lidahnya Buaya, yang konon katanya menyembuhkan panas dalam.
bagi kalian yang seling bilang, kalo kulitmu seperti sawo matang, monggo ngaca dulu.

eh lupa, langganan disini adalah tahu-nya yang enaak abis, jadi semacam ngrampok dan beli banyak kalo berkunjung ke desa :) 
masih banyak kegiatan senengnya, tapi bagian selanjutnya bagian yang ngeselinnya, oke?

No comments:

Post a Comment

terima kasih yaa :)